|
ABSTRAK Makalah
ini merupakan paduan diskusi dan hasil penelitian mengenai
kemungkinan penggabungan teknologi
komputer dan kesusasteraan etnis untuk alternatif
pendidikan arsitektur Indonesia baru. Laboratorium berbasis
teknologi komputer
mempunyai potensi besar menyelesaikan masalah kekurangan
laboratorium konvensional
pendukung proses belajar dan mengajar yang baik. Sedang,
kesusasteraan etnis mempunyai potensi
besar menjadi alternatif pendekatan desain arsitektur.
Penggabungan keduanya diharapkan dapat memberi kemampuan
bersaing sarjana
arsitektur Indonesia di tingkat dunia.
PENDAHULUAN
Makalah ini mendiskusikan potensi
perangkat keras dan lunak komputer bagi kemudahan
proses belajar dan mengajar bidang arsitektur, serta
kesusasteraan etnis sebagai
pendekatan desain baru. Diskusi dimulai dengan peringatan
tentang tantangan bagi arsitek
Indonesia di masa depan, dilanjutkan dengan pembahasan tentang
teknologi komputer dalam
pendidikan arsitektur yang didukung oleh hasil penelitian di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Adanya pesan-pesan logis pendekatan desain arsitektur yang
tersembunyi dalam kesusasteraan etnis, yang juga didukung oleh
hasil penelitian pada arsitektur
tradisional DIY, dibahas sebelum penawaran alternatif
pendidikan arsitektur Indonesia
baru.
TANTANGAN BAGI ARSITEK INDONESIA DI
MASA DEPAN
Kondisi buruk sendi-sendi kehidupan
Indonesia saat ini dan persaingan dunia terbuka yang
segera datang, memberikan tantangan berat bagi pendidikan
arsitektur Indonesia. Krisis
politik yang mempengaruhi kondisi ekonomi (dan sebaliknya)
akhirnya juga mempengaruhi sektor
pendidikan. Tahun 2000 ini pemerintah hanya mampu mengalokasikan
6,8% anggarannya untuk pendidikan. Sementara itu, menghadapi
era perdagangan bebas, pendidikan
arsitektur dituntut untuk menghasilkan sarjana arsitektur
yang mampu bersaing dengan
sarjana-sarjana lulusan universitas negeri maju berpendidikan
mapan..Dari sekitar 90 Program Studi Arsitektur di Indonesia
(14 negeri dan 76 swasta) akan dihasilkan
banyak sarjana arsitektur baru. Tidak ada data pasti tentang
jumlah lulusan pertahun. Namun
perkiraan lebih dari 3000 sarjana arsitektur dihasilkan setiap
tahun bukanlah jumlah yang tak
masuk akal. Kondisi perekonomian yang tidak menentu, juga
berdampak buruk pada ketersediaan
lapangan kerja. Sebagai akibat, banyak sarjana arsitektur
yang tidak bekerja di bidang-bidang yang tepat bahkan
menganggur terselubung. Sementara,
untuk bersaing ditingkat internasional dibutuhkan kemampuan
yang lebih baik.
Sebagai lulusan universitas negara
berkembang, beban sarjana arsitektur Indonesia dalam
persaingan ditingkat internasional tentu berat; terutama
karena kualitas sarjana arsitektur
Indonesia belum begitu dikenal di fora arsitektur tingkat
dunia. Pasar dunia, dapat
diperkirakan, masih akan ragu dengan kemampuan teknologi dan
konsep desain sarjana arsitektur
Indonesia (kecuali dalam beberapa kasus, dimana sarjana
arsitektur Indonesia diakui
kelebihunggulannya, setelah melalui pembuktian). Kiranya
tidak ada jalan lain untuk memenangkan persaingan bebas secara
profesional, kecuali segera
memperbaiki sistem pendidikan arsitektur agar lulusannya,
minimal, berkualitas sama dengan
lulusan negara maju. Masalah klasik yang sering menjadi
hambatan berkisar pada dua hal:
keterbatasan sumber dana (untuk mengadakan laboratorium
yang baik) dan kekurangberanian pengajar untuk mencari
terobosan pengembangan pendekatan
desain baru (agar karya memiliki ciri dan menarik perhatian
dunia).
Saat ini sebenarnya ada dua gejala di
dunia yang justru dapat menjadi peluang ditengah-tengah
krisis: perkembangan pesat teknologi
informasi dan kecenderungan manusia untuk
kembali ke alam. Kedua peluang tersebut perlu disambut positif
dengan: pertama, memperbaiki
metoda belajar-mengajar dengan membangun
laboratorium-laboratorium berbasis
komputer; kedua, menggali dan mengembangkan konsep-konsep
pendekatan arsitektur timur yang
terkandung (atau tersembunyi) dalam kesusasteraan etnis untuk
memberikan alternatif pendekatan desain
yang dekat dengan alam. ... [ MORE ]
To read more :
Naskah ini
mengandung foto-foto dan terlalu besar untuk ditampilkan
dengan format homepage. Anda dapat membacanya dengan cara
mendownload dalam versi .PDF dan dibuka dengan Adobe Acrobat
Reader.
|
|